Aku gembira sekali aku akan ketemu ibu setelah tiga setengah tahun tidak ketemu, ia di bawa
suaminya yang namanya Andrian Mccary setelah mereka menikah di indonesia,
semiggu kemudia ia membawa ibu ke negara kelahirannya. Ibu ketemu dia saat dia
di tugaskan pekerjaannya untuk menambah cabang di daerah Bandung tapi ia juga
menyempatkan berkunjung daerah Jawa Tengah tepatnya di Solo katanya ‘yang ku
dengar itu pusatnya batik di indonesia‘.
Dan waktu itu malam minggu aku dan ibu suka berkeliling kota karena dia ingin menjadi anak muda lagi
(biasa ibu saat masih remaja super duper kuper)
dan jadinya kami kesuatu tempat rumah makan yang tidak lama ini baru saja di
resmikan. Sebenarnya aku tidak mau di sana, di sana mahal, super duper mahal.Di
sana cuman buat orang yang punya duit tapi di sana banyak anak keren dan kaya nongkrong .Jadi karena ibu yang
membayari makan aku setuju saja.
Aku menutup pintu mobil sedan ibu yang berwarna merah marun dengan suara
bedebum keras dan melirik ibu, rambut ibu di kucir kuda degan anting-anting batu
yang di rangkai, wajah ibu dengan riasan lengkap dan kalung yang serupa dengan
anting-anting dengan baju setelan merah marun sama dengan warna mobil jadul
ibu, tas yang serasi dengan warna rambut ibu yang hitam berkilau, jins ketat
dan sepatu berhak 5cm yang berkilau karena hiasannya. Sebenarnya aku lebih
memilih ke toko buku dengan Lili sahabat sebangku ku dia juga menyukai buku
tapi ia maniak dengan buku yang ada sastranya. Aku melirik ibu lagi dan dia langsung
melihatku dan terseyum “Oh...!Ayolah Ta ini akan menyenangkan“ aku mendengus.
Keadan sekitar rumah makan itu bergaya jawa tengah ada band tapi bandnya
adalah musik tradisional jawa dan tambahan ternyata itu juga bukan rumah makan
tapi juga merangkap sebagai hotel
bintang 2-1 .Aku memesann milksksacsaq stroberi dengan es krim vanilla
di atasnya dan cake keju plus nasi goreng sea food dan ibu memilih milksek kopi luak dan tinderloin beef gril lalu pelayan yang mencatatpun pergi
saat itu aku menggluarka headst putih dan kupasang di hpku dan memutar sebuah
lagu .
semakin ku ingkari, semakin ku mengerti
hidup ini tak lengkap tanpamu
aku mengaku bisa tapi hati tak bisa..... by tangga ‘utuh‘
hidup ini tak lengkap tanpamu
aku mengaku bisa tapi hati tak bisa..... by tangga ‘utuh‘
Ibu mengusikku dari laguku “Kau ini gimana sih
Aditaa kita sedang makan kenapa kau selalu memakai sumpelan kupingsih!“
“Aghah...!!!
Ibu... kenapa sih! “Cerocosku.
“Lihatlah
aku, aku seperti orang gila Ta.Ibu masak dari tadi bicara sendiri ,ibu mau
ketoilet!!“.
Dan
saat itu ibu menabrak seorang laki – laki dengan tubuh tinggi plus
lumayan tampan dan saat itu mereka berkenalan dan selama seminggu ibu berkencan
dengannya sampai malam minggu ke dua kami di rumah makan yang sama.Ardian nama
lelaki itu. Ia mengeluarkan kotak persegi berwarna darkblue dan membuka kotak
itu. Didalamnya ada cincin berlian berbentuk hati dan
Ardian berkata kepada ibuku “Well you marry me Renata...!“ dan saat itu ibu
melihat kami berdua bergantian dan Ardian juga melihatku dan ibuku
bergantian.Lalu aku mengangukkan kepala kepada ibu dan menggedipkan sebelah
mata kepada Airdian. Sepertinya aku
harus terbiasa memanggilnya Papa nih!!
Aku masih
menunggu ibu.Menunggu itu menjemukan rasanya seperti saat kita ingin makan tapi
tidak ada makanan yang tersedia. Bosan setengah mati, ibu pernah bilang ‘jangan
membuat orang menunggumu karena kau tau menggu membuat orang menghilangkan banyak
waktu untuk orang yang menunggumu, jadi jangan membuat orang menunggu ya…’
.Tapi ia malah mengikari janjinya saat ini
ibu akan berlibur ke Solo karena suami barunya tinggal di Singapura. Ia
ayah dan ibu sudah bercerai saat aku kurang lebih umur lima tahun.Dan itu membautku sedih.Tapi
saatku lihat mata ibu melihat suaminya yang baru mata ibu seakan Ardian suami
ibu adalah dewa(em.. itulah namanya cinta).
Hari sudah gelap dan memang take off pesawat ibu baru mendarat pukul 7 malam, tapi aku
menunggu sampai jam 8.23 malam tapi pesawat ibu belum take off.Lalu aku terus
menunggu di café dalam bandara , aku memesan hot chocclat dengan krim plus taburan
kayu manis ditemanni suara lagu dari MP3 HPku. Aku melihat kekeliling dan tanpa
sengaja tatapanku bertemu dengan seorang cowok yang tampilannya kayak cowok metropolitan,
tapi dengan kacamata hitam yang melekat di sana tentu saja aku tidak tau
reaksinya tapi aku malah salting sendiri, secara tuh pandang pandangannya agak
lama
samar – samar
juga terdengar sura brita televise yang mengabarkan bahwa pesawat boing 323x
dari Singapura mendarat darurat di daerah teluk banten. Sebenarnya aku tidak
terlalu memperhatikan brita itu sampai pengeras suara (yang cukup menggugahku
untuk melepaskan headsd dari telingaku) mengabarkan pesawat dari singapura
kelilangan kontex dalam daerah
banten.Saat itulah aku mendapat telpon dari Ayah.
“Kamu di Mana Ta?”Tanya
ayahku cemas.Kenapa ia harus cemas aku baik baik saja sebelum ayah mengabarkan
Sesuatu yang tak enak di dengar! Aku sewot dan menjawab “I’m fine! Aku baik
–baik aja ngapasih?”. Aku ngak tau setelah pertanyaan itu ayah menjawab dengan
gelisah.“Kamu di bandara ajanya Papa mau ke jakarta, papa udah mau landing kamu
tunggunya,ngak ada apa-apa kok sayang.Tunggunya!”.Lalu terdengar bunyi KLIK di
sebrang.Aku meletakkan Hpku dengan bingung ngapasih ini!!!!
Kutaruh hp di meja dengan kasar, kenapa harus nyusul kesini sih, kan aku
udah gedeistilahnya dah mrnggang KTP sendiri. Sambil menunggu Papa aku selalu
melirik cowok yang pakai kacamata item didekat kaca, kayaknya dia tidur deh.
Lihat aja posisinya aja
Aku melihat jam waktu menunjukan 9.50 wib. Kenapa
sih ibu belum take off terus ayah jadi ngak sih kesini! Aku mengabaikan
keresahan suara ayah tadi tapi aku bingung kenapa ayah harus nyusul aku segala
ke Jakarta.Dan saat itu aku melihat ayah dengan membawa tas selempang yang
cukup besar untuk melihatku menanti ibuku. Aku melambai pada ayah tapi
ekpresiku biasa dan aku mendekat lalu ia
memelukku sungguh peluknya membuatku mengisarankan ada sesuatu.Aku mendongak
melihat wajah ayahku dengan tatapan bertanya “Kau belum tau sayang” Tanya
ayahku.Tau apa?
Ayah mengajak
aku tempat hotel yang lumayan nyaman dan kami memesan dua kamar, setelah itu
ayah mengajakku keresto hotel itu dan terdengar lagi brita ‘pesawat dari
singapura mendarat darurat di teluk banten diperkirakan setenggah dari
penumpang meninggal’. Aku mencerna maksud dari pesawat dan singapura dan
langsung suaraku meledak dan aku merasakan pelukan ayahku yang sangat erat
seerat simpul-simpul pramuka.Aku menangis memikirkan ibuku, dia suaminya dan
adiku Safir bagaimana mereka.Aku memberotak dalam pelukan Ayahku “TOLONG AYAH
LEPASKAN PELUKANMU!!”
Aku melihat wajah ayahku yang cemas “Aku bisa mengendalikan emosiku yah…!” kataku tecekat.
“Kau benar baik – baik saja!“tanyanya.Aku melihatnya kesal “Aku akan
mencoba mengendalikan diriku!“ tandasku.Lalu aku melanjutkan “Kapan ayah tau!“
Jawabku mendesaknya.Ayah melihatku dan meminum teh panasnya yang masih mengepul
lalu menatapku.
“Ayah tau saat mak ratim nelpon ayah ia bilang tadi ada telpon dari
penerbangan indonesia bahwa pesawat itu... tapi ratim menghentikan kata petugas
itu dan dia menyuruh menelpon ayah. Katanya mereka masih mencoba pencarian saat
mereka kehilangan kontak di daerah banten. Mereka akan mengusahakan menemukan mereka,
kau masih bisa meradu duel dengan ibumu nanti kau bisa juga lebih mengenal
adikmu yang cantik dan Ardian....“! kata ayah setenang mungkin.
Aku sudah tak medengar suara
ayahku perlahan mengecil dan aku dalam gelap aku merasa sendiri aku takut aku
ngak akan pernah mungkin hidupku tanpa ibuku. Ibuku yang sok tau ia yang
cerewet ia yang manis ia yang paling
terbaik dan jugak adikku yang belum pernah kulihat secara langsung yang tak
pernah mengelusnya dan yampun aku ngak pernah bisa ngomong dengan ayah
baruku,keluarga baruku. Aku kembali kealamku
dan melihat ayahku “Aku ke kamar dulu yah...“ aku mendengar ayah
memanggilku.
Hatiku resah sungguh kata ayah
semua akan baik-baik saja tapi pikiranku tak bisa. Aku terus menangis sampai
aku kecapaian, aku melihat keluar jendela dan mendengarkan brita di tv
mengabarkan brita – brita terbaru di beberapa tempat dan mengabarkan kecelakaan
pesawat yang di naiki ibu dan keluarga baruku. Sungguh rasanya sangat perih
menanti kabar itu.
Seminggu setelah kecelakan
itu...
Aku meratapi tiga makam di depanku dengan
termenung ngak nyangka akan seperti ini nasipku. Selama seminggu belakangan ini
aku selalu di rumah sakit menunggui tiga orang keluarga baruku itu. Yang
pertama di temukan adalah ibu lalu safir dan Ardian mereka bertiga dalam kondisi yang amat kritis
sangat malahan kata dokter. Tapi di harinya yang ke enam safira meninggal
karena paru –parunya telah rusak parah, lalu kami menguburkan safira dengan
upacara pemakaman lengkap di rumah ibu. Lalu Ardian dan ibu mulai drop lagi malamnya setelah safir meninggal.
Dan keesokan harinya ibu mulai siuman dan membaik tapi Ardian kondisinya masih
sama.
Aku
melihat ibuku menggerakan tanggannya lalu membuka mata setelah lima menit ibu
bisa menyesuaikan diri di lingkungan kamar ibu dan membuka masker yang menutupi
mukannya. Ibu melihatku dengan raut bercampur campur. Aku juga melihat ibu
dengan perasaan bersampur – campur “ Ibuuu....!“ kataku pelan.
“Ad...i..ta...,
saaayaanggg....!“ kata ibuku serak.
Aku
ingin menjerit menangis menanyakan mengapa ini terjadi kepada keluarga baruku
padahal kebahagian baru menghampiriku
kemarin. Rasanya pedih perih tapi apa dayaku ini sudah menjadi takdir hidupku.
Sungguh ibuku seperti mayat hidup tampa daya untuk bisa berbuat apa- apa dengan
selang selang di mana mana. Ibu terdekteksi kerusaan otak karena partikel –
partikel saat pesawat kecelakaan itu terjadi “Ibu jangan ngapa-ngapain dulu!
Ibu masih capek jadi jangan terlalu banyak gerak, aku panggilin dokternya.
Ibu hanya mengerang dan menggeleng sangat
pelan. Dan melihat ia ingin mengatakan sesuatu. Hatiku sakit aku ngak tahan,
ibuku yang dulu ceria kini terbaring lemah tampa daya. Aku ngak ngerasa air
mataku jatuh menetes di tangan ibuku. Aku harus tegar setegar pohon yang tinggi
yang masih utuh setelah tersapu angni tornado sekalipun. Aku mendekatkan
kepalaku kekepala ibu dan mendengar ia berbisik “Saa...yang jaga dirimunya
bahagialah dirimu ibu mungkin ngak bisa lihat kamu lulus lihat kamu pakai toga
dan....melihat kamu menikah sayang...“ kata ibuku dengan napas tersendat-sendat.Dan
aku hanya bisa terdiam dan memeluk tangan ibu dan menidurkan kepalaku di kasur
itu.
Aku tertidur dan di bangunkan
ayah yang terlihat panik. Lalu aku di bawa keluar dan di bawa kekantin rumah
sakit untuk membeli dua teh hangat untukku dan untuk ayah. Kami duduk di tengah
tengah kursi yang di sediakan di kantin sana. Ayah memintaku meminum habis
minumku dan ayah juga meminum habis minumnya, setelah kami meminum habis minum
kami ayah berkata ardian meninggal dan ibuku juga. Kontan aku berdiri dan dan
berlari kekamar ibu.Tuhan kenapa harus seperti ini? Mengapa tuhan.
Aku melihat dua tempat tidur
yang didorong oleh para suster dua tempat tidur itu di tutupi oleh selimut
putih.Aku tau itu ibu dan Ardian,aku sudah akan membuka selimut itu tapi ayah
mrlarangku
(tahap penggembangan)
(tahap penggembangan)